Bakmi Jogja Pak Pele

Bakmi Jogja Pak Pele

Bakmi Jogja Pak Pele: Legendaris Sejak Zaman Orba – Bakmi Jogja Pak Pele: Legendaris Sejak Zaman Orba

Jogja bukan hanya tentang Candi Prambanan atau Malioboro. Di balik keindahan budayanya, kota ini juga menyimpan segudang kuliner legendaris yang telah melewati zaman demi zaman. Salah satu kuliner yang tak pernah kehilangan penggemarnya adalah Bakmi Jogja Pak Pele, warung sederhana yang telah mengisi perut warga dan wisatawan sejak era Orde Baru.

Tak heran jika nama Pak Pele kini menjadi ikon kuliner malam Jogja yang wajib dicicipi, terutama bagi pecinta mie Jawa dengan cita rasa autentik.

Warung Tenda yang Tak Pernah Sepi

Jika kamu melewati area Alun-Alun Utara Yogyakarta saat malam tiba, jangan heran jika melihat antrian panjang di sebuah warung tenda sederhana di halaman SD Keputran. Itulah Bakmi Jogja Pak Pele, yang mulai buka sejak sore hingga malam hari.

Meski hanya warung kaki lima, suasana di tempat ini terasa begitu hangat. Aroma sedap dari wajan besar yang terus mengepul, suara gorengan telur yang khas, hingga percakapan santai pengunjung yang rela menunggu lama demi seporsi mie hangat, menciptakan pengalaman makan yang tak bisa kamu dapatkan di restoran mewah.

Sejarah yang Panjang: Sejak Era Orde Baru

Pak Pele memulai usaha ini sejak tahun 1980-an. Nama “Pele” sendiri bukan nama asli, melainkan panggilan akrab karena wajah beliau yang katanya mirip dengan pesepakbola Brasil legendaris, Pelé. Seiring berjalannya waktu, nama itu justru lebih dikenal dibanding nama aslinya.

Warung ini bertahan melewati masa-masa sulit, mulai dari krisis ekonomi 1998, perubahan pemerintahan, hingga era digital saat ini. Tapi satu hal yang tetap: cita rasa mie-nya tidak berubah. Inilah yang membuat pelanggan lama terus kembali dan generasi baru pun ikut jatuh cinta.

Cita Rasa Tradisional yang Tidak Tergantikan

Bakmi Jogja Pak Pele dikenal dengan sajian bakmi godhog (mie rebus), bakmi goreng, dan magelangan (campuran nasi dan mie), yang dimasak langsung menggunakan arang. Teknik memasak dengan arang ini bukan sekadar gaya klasik—ia memberikan aroma dan rasa khas yang tidak bisa ditiru oleh kompor gas biasa.

Mie yang digunakan adalah mie kuning buatan sendiri, dipadukan dengan telur bebek, irisan kol, sawi, ayam kampung suwir, dan tentu saja, kuah kaldu yang gurih dan ringan. Semua dimasak satu per satu untuk menjaga kualitas rasa. Tak jarang pelanggan harus menunggu 30-60 menit, tapi kebanyakan sepakat: penantian itu selalu terbayar lunas.

Bukan Sekadar Makan, Tapi Nostalgia

Bagi banyak warga Jogja dan pelanggan setia dari luar kota, makan di warung Pak Pele bukan cuma soal mengisi perut. Ini tentang mengenang masa lalu—masa ketika ayah masih mengajak makan malam di sini setelah pulang kerja, atau ketika mahasiswa rantau menghibur diri dengan sepiring mie hangat saat rindu kampung halaman.

Rasa yang tidak berubah sejak dulu membuat banyak orang merasa seperti “pulang” setiap kali menyantapnya. Tak heran, banyak tokoh nasional, seniman, hingga pejabat yang diam-diam pernah makan di sini.

Harga yang Bersahabat

Meski popularitasnya melejit, harga seporsi bakmi di Pak Pele masih tergolong ramah di kantong. Kisaran harganya sekitar Rp20.000–Rp30.000 per porsi, tergantung pesanan. Kamu juga bisa menambah kerupuk, acar, atau teh manis hangat yang siap menemani santapan malam kamu.

Tips Menikmati Bakmi Pak Pele

Karena antriannya panjang, berikut beberapa tips agar pengalaman kulinermu makin menyenangkan:

  • Datang lebih awal (sekitar pukul 17.00–18.00 WIB) agar tidak terlalu lama menunggu.
  • Jika datang berkelompok, pilih satu orang untuk memesan agar lebih efisien.
  • Jangan ragu berbincang dengan pelanggan lain—suasana antri sering jadi ajang tukar cerita.
  • Siapkan kesabaran dan nikmati prosesnya. Menunggu adalah bagian dari pengalaman otentik di Pak Pele.

Penutup

Bakmi Jogja Pak Pele bukan hanya tentang mie, tapi tentang cerita, rasa, dan kenangan yang melewati waktu. Ia menjadi bukti bahwa makanan sederhana bisa bertahan puluhan tahun bila disajikan dengan sepenuh hati dan kejujuran rasa.

Jadi, jika kamu sedang berada di Jogja dan slot new member 100 ingin merasakan bagian dari sejarah kuliner yang hidup, jangan lewatkan kesempatan mencicipi bakmi legendaris ini. Karena di setiap sendoknya, tersimpan jejak rasa dari masa lalu yang tak lekang oleh waktu.